Kami Berbeda | Cerpen Santriwati - Qorroba.id

 


KAMI BERBEDA

Karya: Nazli Alzira Syahbillah


Malam ini takbir menggema di seluruh dunia. Menyeru, mengagungkan nama-Nya. Bisa dirasakan betapa bahagianya raut wajah itu. Terkecuali mereka, penduduk yang notabennya masih santri baru. 

"Emak ... Bapak ... Aku kang..en.. Hu hu hu"

Begitulah sedikit penggalan dari tangisan mereka saat kami lewat. Sebagai santri lawas, kami sudah biasa dengan perasaan ini. Perasaan rindu yang entah udah seberapa dalam kalau dihitung pake alat pengukur kedalaman sumur di asrama. Sebagai santri lawas, kami tidak akan membully para adik-adik imut. Karena sebelum mereka datang, kami sudah lebih dulu merasakannya.

Pemandangan yang lahir dari tangisan adik-adik baru, tidak berada pada salah satu tempat saja. Melainkan merata. Ada yang di kamar, di depan lemari, depan kamar, depan rak sepatu, depan pohon, di depanku juga ada. Bahkan, kalau mau diam-diam mengendap ke kamar mandi, juga pasti ada yang masih menahan isak tangisannya di dalam sana. Ah, lucu sekali pengalaman ini.

"Eh, besok kamu dijenguk nggak?"

"Dibawain apa kira-kira?"

"Besok makan bareng, ya!"

Ini percakapan romantis dari para santri lawas. Dijenguk atau enggak, itu urusan belakang. Yang penting, berkhayal aja dulu kalau besok bakal datang makanan kiriman. Yang lebih gak enaknya lagi buat didengar pas lagi ngobrol itu, kalau-kalau ada yang nyeletuk begini, 

"Besok dijenguk, kan? Jangan lupa bayar hutang!"

Mau seenak apapun kopi yang ada di hadapan mata, bakal hilang langsung rasanya kalo udah denger kalimat itu.

Teetttt!!!

Fokus kita pecah saat suara itu dibunyikan. Kalian tahu, itu suara apa? Betul. Suara bel yang sangat membisingkan kuping. Sebagai pertanda kalau kegiatan siap dimulai. Dan kami harus segera datang ke musholla agar bebas dari hukuman pengurus.

Jangan dikira sesaat kami sampai di sana, suasana akan menjadi tenang. Itu sungguh tidak benar. Suara kami mengalahkan suara ramai di pasar. Kami akan diam kalau sudah diinstruksikan.

"Cek, satu dua tiga. Sudah kumpul semua? Masih ada yang di dalam kamar atau tidak?"

Di pesantren, kami tidak menjadi pengangguran. Para pengurus akan mengadakan rapat koordinasi guna untuk memperingati Hari Raya Idul Adha, dan ini sudah menjadi salah satu agenda tahunan bagi kami. Para pengurus akan menyusun acara demi acara yang meriah. Acara diisi dengan berbagai macam cabang lomba, agar kami tetap bahagia dan awet muda, wkwk. Sebelum malam ini tiba, hasil rapat pengurus akan disosialisasikan terlebih dahulu agar kami mempersiapkan segalanya.

Setelah satu persatu acara selesai. Kami akan digiring tidur agar besok tetap tepat waktu saat dibangunkan. Keesokan harinya, kami melaksanakan sholat id. Dan tak salah, suara hiruk pikuk dari banyaknya anak akan mulai terdengar kembali. Para santri baru akan bergantian mengantri untuk menelfon orang tua mereka. Menanyakan kabar, atau bahkan menanyakan menu makanan apa yang akan dibawakan. 

"Lucu ya, mereka. Kalau kita bisa melihat kejadian dulu, pastilah kita malu. Nangis semaleman, cuma karena kangen sama rendangnya Emak. Hahahaa!" Tawa menggelirik percakapan kami. Pengalaman ini kami dapat karena orang tua mengirim kami ke pesantren. Kalau tidak, pastilah beda cerita. 

Terima kasih, Mak, Pak. Di sini, kami semua bahagia meski dengan cara sederhana.

Post a Comment for "Kami Berbeda | Cerpen Santriwati - Qorroba.id"